REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia dihebohkan dengan dugaan pembunuhan terhadap empat orang anak di Jagakarsa Jakarta Selatan beberapa hari terakhir. Polisi meminta keterangan orang-orang sekitar tempat kejadian dan bapak keempat anak tersebut.
Dugaan kuat, anak-anak tersebut mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Istri bekerja seharian penuh, sementara suami lebih sering berada di rumah.
Baca Juga
Fakta-Fakta Kasus Pembunuhan Empat Bocah di Jagakarsa, Pelaku Sosok Sayang Anak
Tragedi Jagakarsa, Ini Hukuman Bagi Ayah yang Membunuh Anaknya Menurut Fiqih Islam
Tujuh Fakta Kasus Kematian Empat Anak di Jagakarsa, dari Luka Lebam Hingga KDRT
Terkait kasus tersebut, ada sebuah pesan Nabi Muhammad SAW. Inti pesan tersebut adalah seputar anak dan lingkungan tempat mereka tinggal.
Amr bin Al Ahwas meriwayatkan hadits tentang peringatan Nabi Muhammad SAW kepada orang tua dan anak. Pesan sekaligus peringatan disampaikan Nabi SAW pada saat melaksanakan Haji Wada.
Rasulullah SAW bersabda:
“…فإنَّ دماءَكم وأموالَكم وأعراضَكم عليكُم حرامٌ كحُرمةِ يومِكم هذا ، في بلدِكُم هذَا ، في شَهرِكم هذا ، ألا لا يجني جانٍ إلَّا على نفسِهِ ، ولا يَجني والِدٌ على ولدِه ، ولا ولدٌ على والدِه ،…”
“…sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian itu suci di antara kalian, seperti sucinya hari kalian ini, bulan kalian ini, dan di negeri kalian ini. Ingatlah, tidaklah sekali-kali seseorang melakukan tindak kejahatan kecuali akibatnya akan menimpa dirinya sendiri. Janganlah orang tua berbuat jahat kepada anaknya, dan janganlah seorang anak brebuat jahat kepada orang tuanya…” (HR. At-Tirmidzi dari jalur Amr bin Al Ahwas)
Dalam hadits itu, Nabi SAW memberikan pesan-pesan yang menyeluruh. Pesan dalam hadits tersebut berisi banyak perintah, larangan dan tuntunan. Salah satu yang disinggung beliau SAW adalah tindak kejahatan.
Nabi SAW menegaskan larangan berbuat jahat atau melakukan tindak kejahatan oleh orang tua kepada anak. Begitu pun anak, yang secara tegas dilarang berbuat jahat kepada orang tua. Karena orang tua dan anak adalah kerabat paling dekat.
Hadits itu juga menunjukkan, akibat yang ditimbulkan dari sebuah kejahatan akan kembali kepada diri sendiri, yakni pelakunya. Pelaku inilah yang mempertanggungjawabkan perbuatan jahatnya baik di dunia maupun akhirat.
Setiap orang bertanggung jawab di dunia dan akhirat, atas kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya. Tidak ada satu pun orang lain yang menanggung dosa perbuatan jahat tersebut.
Allah SWT berfirman,
قُلْ أَغَيْرَ ٱللَّهِ أَبْغِى رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَىْءٍ ۚ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُم مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Qul a gairallāhi abgī rabbaw wa huwa rabbu kulli syaī`, wa lā taksibu kullu nafsin illā ‘alaihā, wa lā taziru wāziratuw wizra ukhrā, ṡumma ilā rabbikum marji’ukum fa yunabbi`ukum bimā kuntum fīhi takhtalifụn
“Katakanlah: “Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.” (QS. Al An’am ayat 164)
Lihat halaman berikutnya >>>
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini